Gusti Fullah

Processed with VSCOcam with f2 presetBy the way, seberapa jatuh sih kalian mencintai dunia baca? Hidup ini tak pernah jauh dari tulisan dan segala bahan bacaan baik itu media yang ada di internet saat membuka gadget di pagi hari maupun iklan-iklan di jalan raya sepanjang perjalanan kalian menuju pulang sehabis kerja ataupun menuju kediaman si pujaan hati. Bener?

Semampuku dalam mengingat biasanya aku sempatkan untuk memasukan satu atau dua buah buku ke dalam tas, karna aku tidak pernah tau kapan bosan itu datang, entah di saat menunggu seseorang di bandara, menunggu namaku dipanggil dalam antrian di rumah sakit untuk periksa gigi. Karna satu hal yang aku ingat selalu bahwa tidak semua kebosanan dapat diselamatkan oleh internetan.

Membaca buku bagiku bukanlah sebuah hobi, bukan bentuk cinta mati seperti kebanyakan kutu buku, tapi anehnya aku banyak menumpuk dan mensejajarkan penulis-penulis di rak buku dalam kamar. Aku membaca hanya apabila aku merasa bosan terhadap sesuatu ataupun rutinitas. Saat tidak ada teman mengobrol, atau saat punggung rasanya sudah sakit sekali untuk berlama-lama menonton film, pelarian yang paling nyata ialah membaca, apalagi jika didukung dengan hape yang lowbat plus mati lampu, yuuuhuuuuu aku skak mat dalam kebosanan. Dan tidak seperti kebanyakan orang yang memiliki penulis kesayangan dalam menambah koleksi perpustakaan pribadi, aku sendiri tidak begitu terpatok buku itu ditulis oleh siapa, buku tersebut best seller atau tidak, aku hanya membaca beberapa sinopsis dan menilai buku hanya berdasar cover yang keren ataupun genre yang aku suka. Tidak semua pilihan berakhir buruk, semua buku yang dibeli sungguh sanggup menjadi sahabat dalam berbagai situasi dan mood. Bisa dikatakan membaca ialah sebuah meditasi untuk jiwa, dan nutrisi untuk memberi makan pikiran, aku sangat menikmati apapun buku yang aku beli, baik itu isinya maupun aroma kertasnya yang wangi.  Aku pernah membaca di suatu media sosial, pembaca yang buruk ialah pembaca yang pasif; yaitu; ketika kita terlalu malas membaca buku, dan saat kita terpaksa membacanya, kita hanya “membacanya”. Yang artinya hanya sekedar tulisan lewat dalam pikiran tanpa mengerti apa maksud dari apa yang dibaca. Dan menurut aku sendiri: mengetahui segala hal itu kelihatan hebat tapi tidak semua orang yang tahu itu dapat memahami.

Untuk beberapa bulan terakhir penghasilanku sebulan sudah tidak seproduktif lagi dalam membelanjakan buku, ada banyak sekali alasannya, selain ada yang lebih penting dari sebuah keinginan ditambah lagi adanya sumbangan buku hampir tiap bulan dari kekasih di pulau seberang. Jadi bisa
dikatakan akhir-akhir ini banyak buku yang aku baca hasil dari sumbangsih saja. Hahaha. Padahal sewaktu menjadi pengangguran aku rela menabung dan menghemat belanja sebulan demi sebuah buku, bagaimana tidak, menjadi pengangguran banyak waktu luang yang melimpah, sungguh membosankan jika hanya dihabiskan dengan begadang dan bangun kesiangan, oleh karna itu, salah satu siasat untuk mengurangi kebosanan di saat menganggur ialah dengan membaca, dan you know di saat menganggur akan banyak pemikiran-pemikiran yang butuh gandengan,—–selain stres tentunya—itu artinya di saat menganggur seseorang bisa saja menjadi pemimpi paling tangguh yang pernah ada.

Saat berada di toko buku, banyak sekali buku yang ingin aku ambil sampai menumpuk dipelukan tapi harga-harga buku sekarang tidaklah semudah beli kuota 1 Giga, banyak pertimbangan, seperti misal “oh, sudah beli anu ga ya? Itu kan penting?” “astaga, belum service motor” dan bla.. bla… bla… Tapi tenang untuk situasi dompet tipis tapi otak lapar bacaan, solusi bagiku ialah pergi ke perpustakaan daerah. Jujur, perpustakaan daerah memiliki berbagai banyak genre, dari yang non fiksi sampai yang menguji imajinasi. Tentu saja ada kurang dan lebih saat kita membaca buku di perpustakaan, seperti misal; waktu peminjaman buku yang terbatas, buku yang dicari tidak ditemukan, dan pasangan yang mojok di sudut ruangan perpustakaan. Iya emang, ganggu banget mereka itu. Tapi meskipun begitu, perpustakaan dapat menjadi sebuah tempat relaksasi yang menentramkan, suasananya yang tenang, pendingin ruangan yang diatur sedang, dan tentu saja ada sesuatu yang  berbeda jika sedang membaca dikelilingi oleh ratusan bahkan ribuan buku, rasanya seperti diawasi oleh ilmu pengetahuan. Hahaha.

IMG20151022125939-01

Aku hanya ingin membuat orang lain gemar membaca, terutama diriku sendiri yang akhir-akhir begitu pelit untuk memberi makan pikiranku dengan hal-hal baru, oleh karena itu aku menulis agar orang yang tidak bisa membeli buku tapi mampu membeli kuota internet bisa mempunyai bahan bacaan, terutama diriku yang harus lebih giat lagi membaca agar lebih banyak lagi nafsuku untuk menulis.

Oh iya, Apakah kalian tau kalau minat baca di Indonesia ini masih rendah? Menurut data UNESCO, presentase minat membaca orang indonesia hanya sekitar 0,01 persen. Bisa dikatakan diantara 10.000 orang Indonesia hanya ada di bawah 10 orang yang memiliki minat membaca. Beberapa sumber mengatakan, di Indonesia ada sekitar 30 ribu judul buku terbit setiap tahun, dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang kurang lebih sekitar 250 juta,ini jelas perbandingan yang jauh, bukan? Selain itu, banyak hal lagi penyebabnya, minimnya penerbit dan penulis yang aktif di Indonesia, belum lagi masalah toko buku dan perpustakaan yang lengkap hanya ada di pulau jawa saja, ini salah satu sebabnya ialah akses ke buku yang lumayan susah untuk ke berbagai daerah di Indonesia, apalagi mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar, iya kan?

Kalian tau kenapa aku senang melihat orang yang gemar membaca buku? Karena bagiku orang yang membaca buku itu kelihatan keren baik laki-laki maupun perempuan, muda maupun bangkotan. Terutama perempuan, mereka seksi saat membaca buku. Karna bagiku, seksi yang kelihatan paha selalu kalah dengan seksi yang kelihatan otak. Jadi yuk kita rame rame jadi kutu buku yang awesome, biasanya sih orang yang banyak baca buku itu hobi nulis, dan biasanya orang yang hobi nulis akan melahirkan banyak bahan bacaan, di saat banyak bahan bacaan akan banyak lagi penulis-penulis dan bacaan berkualitas lainnya bermunculan seperti sesuatu yang tiada akhir. Pernah kepikiran Indonesia bakal jadi negaranya para penulis?

image

Kopi sudah tidak lagi panas, dibilang hangat pun rasanya sudah tidak lagi pantas, dingin, seperti kekakuan sepuluh jemari tanganku yang terbata-bata untuk menulis lagi. Mengingat akhir-akhir ini telah banyak jejak perjalanan yang tidak diabadikan ke dalam tulisan, bagi pribadiku ini sungguh sangat menyebalkan. Bukan perkara kekurangan waktu ataupun perkara kehabisan ide tapi ini lebih kepada gairah yang dulu berapi-api untuk menulis sudah tidak membara seperti dulu lagi. Aku khawatir dengan keberadaan blog ini yang suatu hari akan aku jenguk hanya untuk  menampung air mata kesedihanku yang belum sempat keluar, sehinga tanpa sadar menjadikan blog ini sebuah kamar penyimpanan segala pernak-pernik segala kedukaanku. Jangan sampai aku melupakan bahwa dahulu kala ada seorang anak yang menari-narikan jemarinya berpesta di dunia wordpress ini dalam duka dan bahagianya.

Menulis itu kebutuhan bagi hati yang tenggelam; tenggelam dalam rutinitas atau tenggelam dan hanyut dalam menikmati euforia dunia. Kadang aku seperti sudah merasa memiliki semuanya, segala pancainderaku seakan-akan telah dimanjakan dengan yang menyenangkan hatiku, tapi tidak berlaku bagi hatiku sendiri. Setiap jangkrik-jangkrik dan semua binatang malam keluar dari rumahnya aku seperti diteror oleh senandung sunyi di malam hari. Ada sesuatu yang kurang, ada sesuatu yang jiwaku dibuatnya jenuh, aku memikirnya berkali-kali, apa yang sebenarnya aku butuhkan? apa yang sebenarnya diriku ingini? Apakah sebenarnya aku benar-benar bahagia saat ini ataukah aku hanya berusaha  terlihat bahagia selama ini?  Kemudian apakah suara-suara yang aku buat selama ini tidak membantuku banyak? Rasanya aku ingin menulis lagi, menulis lagi, dan menulis lagi.. menceritakan kisah yang tidak sanggup diutarakan lisan tapi sanggup aku rakit menjadi sesuatu yang mudah dicerna dalam tulisan.

Tentu saja tujuan aku ada di sini bukan untuk menjadi si mahir yang membuat hati orang lain terpukau dengan keahlian mendekorasi kata demi kata. Cukuplah sederhana, biar emosi ini dicetak ulang dalam deretan kata, biarlah yang tak sanggup diucapkan menjadi keringanan dalam mengungkapkan. Baru hitungan bulan aku tidak berhadir di dunia wordpress ini, tapi dalam hatiku seakan-akan memulainya lagi butuh berkali-kali aku mengelus kening untuk menyatukan kalimat. Tidak hanya menulis yang aku rindui tapi juga rindu membaca apa yang telah kalian tulis.

Selamat September, dunia…

Sebelum ingatanku luntur dibawa waktu dan sebelum perasaan yang bergulung-gulung di dalam dada ini dirapikan kembali oleh rasa mengantuk, ada beberapa hal yang ingin aku katakan sebelum lelapku di balik selimut hasil pilihanmu di pasar malam bulan lalu ini.

Sekali lagi kita menemui angka ini, angka yang dulu dipandang biasa bagimu juga bagiku ini kini menjadi angka yang selalu kita nanti bersama-sama. Untuk sampai ke pijakan ini tidak semudah apa yang dipandang oleh bola mata orang lain. Kau yang semakin luar biasa di setiap detiknya dan aku yang semakin banyak mengerti di tiap harinya, telah mengantar kita pada waktu yang tidak sebentar ini. Tidak terhitung hati yang telah belajar memahami pasangan, air mata yang puluhan kali jatuh karna ketakutan yang kita buat-buat, derai tawa yang sudah tidak terhitung jumlahnya, pelukan yang telah banyak menguatkan, dan entah berapa kali hujan yang membasahi setiap pertemuan kita, telah diam-diam menjadi saksi bagaimana kita pernah sama-sama dijatuhkan oleh isi kepala kita sendiri, yang kemudian dikuatkan kembali oleh rasa ingin terus bersama sampai palu takdir diketuk waktu.

Betapa kita ingin sekali menjadikan hubungan ini tidak hanya dinikmati berdua tapi juga dihargai orang-orang di belakang kita. Tidak sedikit yang memandang hubungan ini dengan keraguan, mulut-mulut yang berbicara tidak baik, tapi pada akhirnya mereka hanya bisa diam ketika kita baik-baik saja.

Kalau dihitung, tentu tidak semuanya berjalan lancar, tidak melulu langkah ini berjalan beriringan dengan harapan dan mimpi-mimpi kita. Tapi jika dihitung sekali lagi, maka akan tampak di hadapan kita bahwa lebih banyak terjadi hal yang kita nikmati daripada hal yang kita tidak ingini. Perlahan-lahan yang kita takutkan tidak lagi menakutkan, rasa percaya ini mengiringi kita sampai di depan doa-doa yang kita serahkan pada Tuhan.

Percayalah pada hatiku, bahwa tidak sekalipun ia berniat menyakitimu apalagi sampai mengkhianati janji-janji yang sudah diikat kelingking kita. Tetaplah dalam langkah yang telah direncanakan, mekarlah dalam tiap detiknya, jadilah apa yang selama ini hati ingini, mencintailah dengan bijak, setialah di dada ini, teruslah menginspirasi, berkembanglah bersama, dan apapun harapan yang selalu menjadikan kita terbaik untuk bersama, semoga Tuhan Aamiini.

—–Pelaihari, 14 Juli 2015 ( 03:00 Dini Hari)

Tags: ,

Apa yang kau takutkan hati jika cintanya masih kau miliki?

Apa yang kau sedihkan hati jika masa depanmu telah direncanakan dengan rapi?

Apa yang kau khawatirkan hati jika janjinya masih ditepati?

Apa yang kau tangisi hati jika pelukmu masih yang paling ia nanti?

Apa yang kau ragukan hati jika kepercayaannya masih yang paling tinggi?

Apa yang yang kau mau hati jika ia yang paling kau ingini?

Mengapa kau mau lari hati jika ia tempatmu kembali?

—–Pelaihari, 13 Juli 2015 (04:08 Dini hari)

Tags: ,

Me and a book is a party. Me, a book and a cup of coffee is an orgy. --- Robert Fripp

Waktu Pembuatan

Di sini Sedia;

Sohiban Yuk !

No Instagram images were found.